Rabu, 26 Januari 2011

Maka Terpilihlah Presiden yang Pernah Miskin


“Ya, sudah. Cukuplah sudah kita punya presiden yang tak pernah miskin.

Bicara peduli wong cilik-wong cilik tapi program kerja negara dari tahun ke

tahun peduli wong kayo melulu.” Kata pak Nowan, yang paling cerdas diantara

para pemulung itu.

”Jadi menurut pak nowan, gimana, toh?” Si Ipul si pengamen penasaran

bertanya.

”Jumlah kita wong miskin di negeri ini 35 juta orang. Itu yang sudah bisa

memilih di pemilu kira-kira 20-25 juta orang. Itu di parlemen bisa dapat

minimal 40-50 perwakilan. Dengan menguasai 10% parlemen kita bisa atur

anggaran negara yang selama ini menguntungkan wong kayo untuk berorientasi

ke wong miskin..”Kata pak Nowan semangat, disambut tepuk tangan

teman-temannya sesama pemulung pengamen, anak jalanan, pedagang asongan.

Pengemis, tukang bakso, tukang parkir dan satpam pasar.

Akhirnya di 17 Agustus 2012, di sebuah kampung kumuh pinggiran ibu kota,

partai besar itu berdiri : PARTAI MISKIN! Seorang notaris yang bapaknya dulu

petani miskin, secara sukarela mencatatkan nama partai itu, lalu 7 hari

kemudian diuruskan ke Kementrian Hukum negeri Opini.

”Ada-ada saja nih orang-orang. PARTAI MISKIN? Hahahahahaha. Berapa anggota

partai anda?” tersenyum sinis si petugas menerima pendaftaran.

” 53 juta orang diseluruh propinsi, seluruh kabupaten, seluruh kecamatan,

seluruh desa!” Jawab pak nowan mantap.

Bukan hanya si petugas Kementerian Hukum yang terbelalak, segera setelah

pencatatan itu dan dilakukan verifikasi, maka memang partai itu benar-benar

punya kepengurusan di semua desa/kelurahan seluruh negeri. Semua rakyat yang

masih merasa kurang makan, sandang dan perumahan mendaftar ke partai

pimpinan pak Nowan ini. Dan ada 53 juta yang menyatakan siap mengubah negeri

opini di 2014 menjadi negeri yang berpikir secara orang miskin.

Cara penyampaian informasinya pun tidak perlu muluk-muluk dan mahal. Dari

mulut-ke mulut ide partai disampaikan, antar propinsi pakai surat, sms atau

email. Lalu dengan uang iuran yang Cuma seribu per anggota, didapat modal

awal 53 milyar. Ini digunakan untuk melengkapi perlengkapan partai dan biaya

konsolidasi pengurus yang jalan ke sana-sini naik bus umum, becak, ojek,

tetapi kalau mau ke pulau lain tetap harus naik pesawat.

Di 17 agustus tahun 2013, Partai Miskin makin menakutkan bagi partai-partai

lama, karena semua kota, semua desa ada rumah yang memasang lambang partai

miskin, yaitu baju compang-camping. 3 lembaga survey di negeri opini

menunjukkan, kalau pemilu diadakan saat itu maka suara untuk Partai Miskin

berkisar antara 32-35%. Dan ini semakin mengejutkan karena orang-orang kelas

menengah yang kebanyakan golput di pemilu sebelumnya, lebih memutuskan

memilih partai miskin daripada golput.

”Saya senang dengan slogan dan program serta visi dan misi partai ini: Mari

membangun negeri opini dengan pola pikir orang miskin. Pilihlah pemimpin

yang pernah miskin. Jangan pilih orang kaya yang ngaku peduli orang miskin.”

kata Indri, mahasiswi simpatisan Partai Miskin.

Dan akhirnya, tahun 2014, Juli pun tiba. Pemilu negeri opini pun akan

dilakukan. Partai penguasa yang putus asa, karena orang miskin yang selama

ini biasa disogok dengan sembako mulai cerdas, sembako diterima, tetapi

tetap milihnya mau Partai Miskin. Akhirnya diaturlah bagaimana supaya

kebanyakan orang miskin ini tidak dapat undangan atau tak terdata, seperti

yang mereka lakukan selama ini dan memang mempengaruhi hasil pemilu, karena

diduga sekirat 5 jutaan mata pilih orang miskin tak dapat undangan pemilu.

Tetapi dimanipulasi sedemikian rupa pun, Partai Miskin tetap menang dengan

perolehan 65 juta suara dari 183 juta mata pilih, sekitar 36% kursi

parlemen. Dan mereka menduduki 178 kursi dari 500 parlemen.

Oktober 2014, Pada saat pemilihan presiden, Pak Nowan diusulkan Partai

Miskin jadi presiden, tapi dia menolak.

”Tujuan Partai Miskin didirikan tidak muluk-muluk. Kita ingin negara ini

dibangun berorientasi ke rakyat miskin dan karena jumlah kemiskinan banyak

itu tak pernah mau di hilangkan oleh partai-partai lama, malah hanya

dimanfaatkan untuk dapat suara, makanya kita bikin Partai Miskin supaya

suaranya satu. Untuk jadi presiden, lain lagi, perlu orang yang pintar

diplomasi dan berwibawah. Kalau saya jujur aja belum bisa, kita di parlemen

dulu saja. Kita pake batik saja pun batik murah, makan masih pake tangan,

bahasa inggris gak bisa, mau ngobrol dengan tentera gak bisa. Kita perannya

di pengawasan saja. Setuju?” Kata Pak Nowan menjelaskan ke rakyatnya.

Maka, walau parleman dikuasai orang-orang katrok bermuka hitam kumuh,

telapak tangan kasar dan bersendal butut, tetapi presiden tetap dari orang

kaya.

0 komentar:

Posting Komentar

TEKAN CTRL + KLIK SALAH SATU LINK IKLAN DIBAWAH UNTUK MENGHILANGKAN KOTAK INI
Mohon Maaf Atas Ketidaknyamanannya
.

Text Widget

tracking

eXTReMe Tracker